KENAPA DIRIKU ?

                                       
                                           
Pagi nan indah berselimut cahaya terang benderang. Matahari  yang begitu terang entah bahagia atau  marah akan diri ini yang masih terbaring malas yang berbalut selimut tebal. “huuuaaamm! Ahh ? “ terkejut melihat teriknya matahari. Suara di istana kecilku ini sudah tak lagi terdengar hanya kicauan burung yang begitu sibuk bertebaran di hamparan langit luas. “ibu? Kakak? “ berteriak dengan rasa khawatir. Tak lama pun itu ibu sudah datang, masuk ke rumah dengan wajah sedih bercucuran air mata, entah apa yang telah terjadi. Aku mencoba tuk mendekatinya tapi rasa ketakutan ini seakan menahan diri untuk mendekat. Aku takut jika aku mendekat dengan ibuku hanya ocehan yang aku dapat karena aku tidak kesekolah karena  tidur hinggga cahaya dunia terlihat, tapi aku juga tak bisa melihat air mata itu menyentuh pipi ibuku. Ku hanya bisa berharap semoga tak terjadi apa-apa terhadap keluargaku. Tak lama kemudian kakakku datang dan diapun tak terkejut melihat ibu menangis bahkan diapun ikut sedih, lalu dia memeluk ibuku “sabar yahh bu mungkin ini sudah takdir untuk keluarga kita” ujar kakak ku. Entah mengapa suara itu sangat terdengar keras  “apa yang terjadi sebenarnya ?”kata ku. Ku mulai mendekatinya secara perlahan tapi tak tahu kenapa sepanjang aku menyusuri menuju ibu dan kakak diri ini seakan tak bisa dekat dengannya.

Tak lama pun ibu terlihat sudah tenang tapi ketenanganku belum setenang air yang mengalir. Aku tetap berdiam diri di dalam kamar sambil melihat jam weker ku, “inikan waktu aku pulang sekolah?”kataku. ku pandang teleponku yang begitu sunyi.  Jika aku tak masuk sekolah pesan dari sahabatku sudah menumpuk namun kini pesan satupun tak ada yang masuk. ibu mungkin mengira bahwa aku pergi menuntut ilmu sebagaimana seorang pelajar dan jika aku telat pulang pasti dia akan menelfonku atau mencariku dikamar. Dan kubiarkan semuanya tak khawtir padaku ku tetap di kamar termenung hanya komik  kesukaan yang menemaniku. Dan pada saat itu tak ada hasrat untuk memandang komik kesukaanku itu.

Senja telah terlewatkan bulan telah menjadi hiasan di langit yang gelap. Ku memandang bintang dibalik jendela kamarku. Waktu berlarut tak ada suara ibu memanggilku tak ada aroma masakan yang ku hirup. Jiwa ini membutuhkan sedikit energi tapi tak sedikitpun hidangan tertata rapi diatas meja. Namun ku tetap menahannya sejalan ku ingin kembali di kamar, pintu kamar ibu tak tertutup ku hanya melihat ibu dengat wajah yang cukup tidak terurus dan sangat kusut. Tak pernah ku lihat ibu begitu sedihnya sehingga dirinya tak terurus. “dimana wajah bidadari itu ?” tanyaku. Aku tak bisa membiarkan ibu selalu sedih ku melangkah untuk mendekatinya “nak, ibu ingin sendiri” kata ibuku tanpa berbalik badan melihatku. Aku ingin berkata tapi sudahlah mungkin alasan ibu untuk sendiri hanya ingin menenangkan dirinya, mungkin juga masalah di kantornya menumpuk.

Ini sudah waktunya aku tidur sebelum aku tidur biasanya ibu melihatku dikamar dan menceritakan cerita romantisnya denganayah sewaktu masih berpacaran dulu. “sebenarnya apa yang terjadi padaku?”tanyaku lagi. Pertanyaan dalam hatipun bertubi-tubi. Tak terasa semua yang ibu lakukan padaku kini tak terjadi lagi. Memanggil namaku saja sudah tak terdengar lagi.

Fajar telah menggantikan kehadiran bulan dan bintang. Keaadaan rumahku tidak seperi biasanya. Kakakku yang malam itu sedang di luar belum pulang saat ini juga dan ibu pun tetap dikamarnya menyendiri. Suara ketukan pintu yang cukup keras “tok..tokk.. Assalamualaikum ?”suara dari lua . entah siapa yang datang ku coba untuk melihatnya, ternyata kepala sekolahku dan wali kelas ku. Aku tak tahu apa yang iya bicarakan tapi ku berusaha mendengarnya. Tak lamapun mereka bergegas keluar “ibu yang tabah yah..! kata wali kelasku disekolah. “Apa maksud perkataannya itu?”pikirku.  aku melihat ibu memegang kertas putih entah itu berisikan apa.

Suara pintu kamarku berbunyi yang pada saat itu aku berada dekat jendelaku. Terdengar “ibu akan tetap menganggap mu tetap ada nak, ibu sayang sama kamu” suara ibu yang terdengar. Aku heran mengapa ibu tak melihatku di balik jendela itu. Tak lamapun kakakku masuk di kamarku sambil melihat-lihat kamarku.
 “ibu yang sabar, ibu tak boleh menangis ibu harus tetap tabah atas kepergian Rere bu..” kakakku
“ tapi ibu ngerasa Rere itu masih hidup, masih ada di dekat kita” jawab ibu.
“ibu tak boleh memikirkan tentang kejadian kecelakaan Rere itu bu, nanti ibu stress memikirkannya dan kembali memikirkan kejadian sama menimpa ayah juga bu.. !”sahut kakak Tina.
“ibu sudah bisa menerima kepergian ayahmu untuk meninggalkan ibu, tapi  adikmu juga pergi meninggalkan ibu untuk selamanya”jawab ibu .
Dan tak lama ku berpikir  ternyata aku sudah tak ada hanya diriku yang tak sadar ternyata dari sekian petanyaan ku tentang perubahan yang terjadi di rumahku itu terjadi karena aku. Aku sangat sedih hanya bisa melihat ibu dan kakakku. Tak dapat ku dengar cerita ibuku lagi. Tuhan jaga ibuku selama aku di sisi-Mu.

Kehadiranku hanya sebagai bayangan di hati keluargaku. Karena aku ibu menangis, karena aku ibu tak berdaya. Aku ingin melihat ibu dulu, dimana kasih sayngnya, pelukannya, senyumnya tak pernah pudah untuk aku dan kakakku. Walaupun aku tak akan hidup kembali, walaupun jasadkukan keing tak akan kembali lagi aku akan tetap sayang sama ibu karena ini terjadi bukan keinginan kita ini sudah jadi takdir.

TOWR (Training Of Writing and Recruitment)


Kegiatan yang dilaksanakan oleh FLP Cab. Maros dengan bertujuan membangun tradisi kepenulisan di Butta Salewangang.
Training Of Writing and Recruitment  merupakan kegiatan yang dibuat, dilaksanakan, serta ditujukan untuk para pelajar dan mahasiswa se-kabupaten Maros dengan tujuan agar dapat membuat para pelajar dan mahasiswa  Maros tetap unggul di bidang kepenulisan. Tak hanya memberikan penjelasan tentang menulis, tetapi juga dalam kegiatan ini akan ada pengenalan serta pelatihan tentang Kepenulisan.
Kegiatan ini telah mendapatkan dukungan dari beberapa pihak termasuk dari Dinas Pendidikan. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat Maros, utamanya para pelajar dan mahasiswa Maros, karena akan melatih dan mengubah pola pikirnya bahwa sebagai seorang penulis itu sangat mudah/
Jum’at-Minggu, 19-21 September 2014 adalah hari dimana kegiatan TOWR diadakan, dengan hanya Rp.35.000 untuk pelajar dan Rp.50.000 untuk kalangan mahasiswa. Kelebihan dari event ini adalah, setiap peserta yang ikut serta akan menjadi para generasi penulis di Butta Salewangang dari dimana setelah kegiatan ini, para peserta masih dapat berkumpul dan mempelajari lebih dalam tentang kepenulisan melalui SEKMEN (sekolah menulis) bersama-sama, sehingga dapat meningkatkan solidaritas antar pelajar dan mahasiswa se-kabupaten Maros,
Bagi kalian para pelajar Maros, ayo coba ikuti dan meriahkan Training Of Writing and Recruitment  2014. Jum’at-Minggu, 19-21 September 2014, berlokasi di Taman Purbakala Leang-Leang.  Jika ingin tahu lebih lanjut kalian dapat menghubungi Contact Person yang tertera di Brosur.
TERAKHIR PENDAFTARAN 11 SEPTEMBER 2014 !! Buruan daftarkan diri……
Kami Tunggu Kehadiran Kalian :) :) :)

SENJA TAK BERWARNA JINGGA

senja tak berwarna jingga



Tengah hari ini, cuaca sangat panas seakan membara. Matahari berpijar di tengah petala langit. Seumpama lidah api yang menjulur dan menjilat-jilat bumi. Tanah dan pasir seakan menguapkan bau neraka. Hembusan angin disertai debu yang menggulung-gulung merambah panas udara semakin tinggi dari detik ke detik.
Senja musim kemarau sungguh indah meskipun tetap tidak seindah musim hujan yang setiap hari berembun. Aku membuka jendela kamar lebar-lebar. Semburat  megah  kemerahan menghiasi langit. Angin tertiup semilir seolah menghapus hawa panas.
Sembari mengirimkan pesan kepada temanku, di kamar sebelah, tepatnya lagi kamar kakakku. Terlihat jendela kamarnya terbuka. Habis maghrib paling enak membuka jendela. Membiarkan angin similir mengalir. Sayup-sayup aku mendengar dia bernyanyi. Ia melantungkan lagu kesukaanku dengan sangat merdu. Suaranya tak kalah merdunya dengan suara penyanyi band terkenal.
Aku duduk di depan meja belajar. Menulis beberapa kalimat untuk membalas pesan yang masuk. Aku memang sudah memiliki hobby yang mengirimkan pesan ke teman dekatku karena aku mendaptkan sedikit kebahagian di tengah patah-patahan kalimatku. Rita adikku masuk ke kamarku
“kakak sedang apa ?” Tanya Rita
“tidak ada kakak lakukan saat ini kecuali mengirimkan pesan singkat ke taman-temanku.”
“apa kakak tidak lapar ?”
Aku menjawab lagi
“tidak!aku tak punya nafsu makan. Kalau kamu ingin makan silahkan makan duluan.”
“aku cuma mengingatkan kakak saja.”
“iya!jika sudah tak punya keperluan lagi silahkan keluar dan jangan lupa tutup kamar kakak. Dan jika ibu menyuruhmu memanggilku untuk makan katakana saja aku sedang tidak lapar.”
Adikku bergegas keluar dari kamarku dan meninggalkanku sendirian lagi di kamarku. Dia adalah saudaraku yang keempat. Dia sangat peduli dan perhatian padaku. Jika dia melihatku sedang sedih dia yang menghiburku. Tapi aku tak pernah merespon baik dengan kelakuannya terhadapku.
Tak terasa sudah larut malam seharian aku tak keluar di dalam kamarku. Ku coba tuk melihat keaadaan rumahku. Terlihat sangat bersih dan aman sangat sejuk dipandang dan hening suasananya. Ku ketuk pintu kamar ibuku
“ibu..! apa yang sedang ibu lakukan?”tanyaku
“tidak nak, ibu sedang melihat foto-foto waktu kamu kecil semua.”jawabnya dengan suara yang lembut.
Ku mendekati ibuku dengan semangat. Ku lihat ibuku menatapi foto-fotoku bersama saudara-saudaraku dengan mimik senyum yang sedih. Aku tak tahu apa yang dia pikirkan.
“sekarang kamu semua sudah besar nak!”ungkap ibuku
“bagaimana kamu akan mengenang ibu dan ayahmu? Apakah kamu akan mengingat kami berdua pada saat melihat foto-foto kami ?”
Ku dengar perkataan ibuku aku tak kuat mendengarnya. Ku langsung keluar dan lari sambil menangis tersedu-sedu. Aku melihat foto keluargaku yang terbingkai besar yang terpampng di dinding ruang tamuku. Seakan aku teringat perkataan ibuku tadi.
Tiba-tiba ku mendengar seretan pintu kamarku. Ternyata ibuku sedang menghampiriku.
“nak! Kenapa kamu belum tidur juga”
Aku terdiam sejenak
“tidak ibu, aku tak akan bisa tidur jika ibu belum tidur.”
“tidurlah nak besok kamu akan ke sekolah, setelah ini ibu akan keluar dan bergegas untuk tidur. Tidurlah nak!”
Aku berpura-pura tidur dan ibuku bergegas keluar dan mematikan lampu kamarku. Sudah kebiasaan lama aku tak tidur cepat bahkan biasanya hingga berlarut-larut malam.
Sang fajar telah menampakkan sosoknya, langit kebiru-biruan dan suhu yang cukup dingin. Embun yang bergelantungan di atas pepohonan dan rerumputan yag bewarna hijau segar. Aku sangat suka suasana sang fajar dan seakan menjelma di langit duniaku.
Dua hari menjelang ulang tahun ibuku. Aku tak tahu apa yang mesti aku berikan. Aku pernah mendengar kata ibuku jika ia berulang tahun dia ingin sekali sosok sang ayah berkumpul dan bersenda gurau bersama anak-anaknya. Aku juga berharap yang sama seperti ibuku.
Hari ini juga aku menelpon ayahku. Aku minta waktu untuk berbincang dan mungkin cukup lama. Di tengah perbincangan ini aku berharap ayahku mengerti apa maksud aku menelponnya. Ternyata pada saat aku mengatakan semua ini ayahku tak memahami setiap perkataanku ini. Aku cuma berharap semoga ayahku tetap dalam lindungan-MU.
Memang sebelumnya ayahku tak sesibuk ini. Tapi entah apa memang dia sibuk disana atau ada apa. Bukannya aku tak berperasangka buruk pada ayahku. Pada waktu dulu ayahku pulang tiap tiga bulan sekali itu tak cukup lama disini. Tapi saat ini tiga bulan itu waktu yang sangat lama buat kami. Aku berpikir dibenakku apakah ayahku tak begitu perhatian lagi dengan keluarga ini. Setiap ku sujud di hadapan-Mu selalu ku lantungkan nama ayahku disetiap patahan-patahan doaku.
Teriknya matahari membuatku tak bisa berjalan kaki pada saat aku pulang sekolah. Biasanya pada saat-saat yang sangat seru jika berjalan kaki pada sepulang sekolah ditambah lagi bersama teman cukup berdekatan rumah denganku. Sesampai di rumah aku tak langsung makan tetapi aku bersiap-siap ke sekolah untuk les musik.
Hanya hari minggu waktu luangku di rumah. Aku sengaja mengambil banyak ekstrakulikulerku di sekolahku karena aku tak mau menjadi seorang perempuan yang cuma bisa tinggal di rumah dengan terpuruk memikirkan masalah-masalah ini. Dan aku juga tak selalu berharap untuk memikirkan semua ini. Aku seorang pelajar SMA yang tak seharusnya sibuk memikirkan semua ini. Aku harus fokus dengan pelajaranku di sekolah.

Langit telah menggelap, bulan akan menguasai malam ini dan bintang akan menggantikan sosok burung merpati yang betebaran di langit. Sungguh megah pemberian sang pencipta. Anugerah yang telah engkau berikan pada kami. Rezeki yang selalu engkau berikan seakan tak cukup bagi kami.
Teringat lagi ternyata ini hari terakhir untuk persiapan ulang tahun ibuku. Namun tak ada satupun ide terbaik untuknya. Aku menghampiri kakakku yang baru saja pulang dari tempat kerjanya.
“hai kak ?”tanyaku dengan agak sedikit ceria.
“iya..ada apa?” jawabnya.
“kak ingat tidak besok hari apa?”
“aku tahu besok hari rabu kan Rina?”
“aduuh kakak, besokkan hari ulang tahun ibu!”
“o iya, maaf kakak tidak mengingtnya” ujar kak Didi
Aku bertanya  lagi
“kakak punya ide untuk memberikan kejutan pada ibu?”
Sembari bercakap-cakap dan tak lama kemudian semua proses kejutan untuk ibu sudah kami siapkan. Ide yang kakak berikan sangat menarik. Sengaja kita tidak membuat kejutan yang sangat heboh karena kita ingat ini ulang tahun yang memasuki umur 45. Semua  pasti tahu kalau umur yang cukup tua tidak boleh dibuat kaget.
Sudah waktu malam kebiasaanku terulang lagi tapi kali ini aku tak sibuk dengan pesan dan teleponku yang masuk tetapi aku sibuk memikirkan rencana ulang tahun ibuku nanti.
Besok adalah waktu yang tetap untuk memesan kue dan hadiah untuk ibuku. Tapi terpikirkan lagi “hadiah apa yang tepat ku berikan untuk ibuku?” Tanya dalam hatiku. Aku selalu berpikir semua hadiah yang ku berikan untuk ibuku akan membayarkan seluruh pengorbanan ibuku. Sebenarnya ibu tak pantas menerima hadiah pemberianku ini walaupun bernilai cukup mahal tak akan membayar semua pengorbanan yang telah ibu berikan kepadaku. Disetiap selingan waktu terlintas di benakku bahwa aku akan membelikan gaun muslimah untuk ibuku. Karena aku sangat suka melihat ibuku berpakaian muslimah dan sepasang jilbab trend saat ini.
Ibuku selalu berkata bahwa jika aku sudah memasuki masa baligh sudah pantas aku memakai jilbab setiap aku akan meninggalkan rumah. Semua perkataan ibuku selalu aku turuti karena aku tahu nasihat orangtua saakan mengubah semuanya menjadi lebih baik.
 Hari ini adalah hari terakhir untuk mempersiapkan kejutan untuk ibu. Semua sudah beres, acara ini cuma acara sederhana saja hanya keluaga kecil kami yang akan maramaikan acara ini. Andaikan ayahku ada disini pasti semua keluarga besarku akan datang bahkan menginap beberapa hari.
Tepat hari yang aku tunggu ini tanggal 16 Februari. Ibu tampak termenung di kamarnya lalu kami diam-diam mendekatinya. Ibu sangat terkejut melihat dan mendengar kami bernyanyi serentak dengan suara yang lantang.
Tiba-tiba ibu memperlihatkan kami semua mimik sedihnya tak kuasa hati menahannya dan air matanya menyentuh pipinya. Suasana semakin hening kami semua terdiam. Ternyata ibuku mengingat ayahku disana.
Sekarang ini sudah sangat berbeda, dalam keluarga ini kebersamaan itu telah tak ada lagi. Ayahku sekarang sudah sibuk disana dengan urusannya sendiri. Apa yang kita butuhkan itu memang benar sudah dia penuhi tapi kami disini tak merasa bahagia dengan apa yang ada sekarang. Saat ini kami hanya merasa kasih saying seorang ibu tapi bagi kami tak merasa lengkap dengan ini tanpa seorang ayah.
Ayahku sudah benar-benar berubah dia tak tak pernah menanyakan kabar kami disini. Bahkan mungkin dia juga lupa bahwa ini adalah hari ulang tahun ibu. Dia tak tahu akan beranjak dewasa, mungkin bahkan sudah melupakan wajah-wajah kami disini.
Perubahan yang kami rasakan bagaikan senja yang tak memiliki warna lagi. Tak ada awan yang putih. Matahari yang bewarna kuning kemerahan yang sangat indah pada saat akan tenggelam. Tak ada lagi semua warna-warna yang indah. Dan saat ini kami semua membutuhkan warna dan keindahan itu lagi. Dan dimana lagi kami akan mendapatkannya?. Tuhan kembalikan warna senja itu lagi untuk menghiasi indahnya sore di istana kecilku.
Nama: Nurfadhilah
Kelas: X
Sekolah: SMAN 1 (SSN) Maros